
Sebagai garda terdepan institusi, humas menjadi orang pertama yang selalu dicari wartawan. Oleh karenanya, kemampuan public speaking menjadi hal yang utama.
JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – “Jangan gugup ketika sedang melayani publik, termasuk pada saat berhadapan dengan media.” Begitu pesan Mey Cresentya Rahail, trainer public speaking dari Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM) saat mengisi in-house training PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) di Jakarta, Rabu (24/5/2023).
Dalam kesempatan itu, perempuan yang telah 25 tahun berkecimpung di dunia penyiaran dan jurnalistik ini menjelaskan kunci untuk menjadi sosok yang siap ketika berhadapan dengan publik, termasuk media, adalah kemampuan public speaking.
Public speaking memang menjadi salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh praktisi humas. Sebab, selain sebagai garda terdepan, melalui humas informasi mengenai kebijakan dan gagasan organisasi dapat disalurkan kepada publik.
Menurut Mey, ada tiga aspek yang harus diperhatikan oleh humas agar tampil memikat saat sedang berbicara di hadapan umum. Antara lain, pengolahan kata, nada suara, dan gestur tubuh. Ketiga aspek tersebut harus dilakukan secara bersamaan dan sejalan. Contoh, ketika akan memberikan pernyataan semangat, maka baik pilihlah kata, intonasi, hingga gestur tubuh yang juga menunjukkan rasa semangat. “Nadanya jangan malah datar,” ujarnya.
Gestur tubuh juga bukan hanya merujuk pada gerakan tangan. Tetapi, termasuk soal ekspresi muka dan bahasa tubuh. Mey berulang kali mengingatkan kepada para peserta agar menampilkan senyuman ketika sedang berbicara di hadapan umum maupun media. Ekspresi wajah yang demikian dapat menimbulkan persepsi yang baik. “Smiling voice itu penting. Sementara bahasa tubuh itu artinya berdiri tegak dan menatap mata audiens,” katanya.
Berdasarkan penelitian berjudul Teman tapi Mesra Humas dan Wartawan (Studi Kasus Strategi Hubungan Media di Bidang Humas dan Protokoler Universitas Ahmad Dahlan) karya Muhammad Najih Farihanto yang diterbitkan tahun 2014 disebutkan bahwa humas dan wartawan memiliki hubungan yang mesra.
Pria yang juga merupakan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tersebut mengatakan, keduanya saling membutuhkan, tetapi dengan tujuan masing-masing. Humas membutuhkan wartawan untuk mengomunikasikan informasi kepada publik demi terwujudnya tujuan organisasi. Sebaliknya, wartawan membutuhkan humas untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin demi memenuhi kebutuhan informasi publik. (AZA)
