
Analisis situasi akan menjadi lebih komprehensif apabila PR melakukan metode SWOT dan PESTLE.
JAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – Pada saat melakukan identifikasi isu, praktisi PR diwajibkan untuk mengumpulkan semua data, dokumen, informasi, hasil riset, pemberitaan di media, untuk kemudian dimasukkan ke dalam analisis situasi.
Nah, analisis yang umumnya dikenal ada dua SWOT dan PEST/PESTLE. Founder dan CEO Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM) menguraikannya secara lengkap di hadapan peserta in-house training PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) di Jakarta, Rabu (24/5/2023).
Analisis SWOT merujuk pada analisis strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (kesempatan), dan threat (ancaman). Sementara PEST & PESTLE meliputi aspek political, economic, social, technological, legal, dan environmental.
Sebenarnya, kata Emil, begitu ia karib disapa, keduanya tools ini dapat digunakan secara bersamaan. “Analisis situasi akan menjadi lebih komprehensif apabila kita mengombinasikan keduanya,” ujarnya saat memaparkan materi bertajuk “Mengelola dan Mengidentifikasi Manajemen Krisis (Pra, During, Maintenance atau Reputation Recovery)”.
Data SWOT dan PEST nantinya akan berupa aspek political, economic, social, dan technological. Masing-masing aspek tersebut juga dianlisis berdasarkan faktor internal (strengths dan weaknesses) serta faktor eksternal (opportunities dan threats).
Aspek political bisa dilihat dari tingkat intervensi pemerintah melalui elemen-elemen seperti regulasi, kebijakan pemerintah, kelembagaan, dan tata kelola. Sementara aspek economic berupa sumber pendanaan, kebijakan ekonomi, pendapatan per kapita, biaya produksi, dan insentif.
Aspek social meliputi demografi, gaya hidup, opini publik di media, percakapan di media sosial, budaya lokal, dan pengaruh event. Sedangkan aspek technological meliputi aktivitas penelitian dan pengembangan, teknologi layanan pelanggan, dampak teknologi, pemanfaatan teknologi komunikasi, dan insentif teknologi. (AZA)
