
Strategi komunikasi akan semakin efektif apabila humas mengimplementasikan sniper approach. Apa itu?
BELITUNG, HUMASINDONESIA.ID – Dalam membuat strategi komunikasi, humas dapat menggunakan sniper approach. Yakni, mengadopsi cara kerja penggunaan senapan. “Pelurunya cuma satu, tetapi langsung mematikan,” kata Virlyana Hitipeuw, CEO & Principal Consultant Kiroyan Partners di hadapan peserta workshop IDEAS 2023 yang mengusung topik “Developing DEI Communication Strategy” di Belitung, Kamis (3/8/2023).
Menurut perempuan yang karib disapa Veve itu, pendekatan dengan senjata api seperti senapan dalam bidang kehumasan ini bertujuan agar humas dapat mencapai target baik tujuan bisnis maupun lembaga, dengan tepat sasaran, efektif, dan efisien.
Sebab, ia melanjutkan, dalam mencapai tujuan tersebut, ada banyak faktor yang mesti menjadi pertimbangan. Contoh, waktu yang terbatas untuk melakukan riset, sumber daya manusia, dan finansial. “Kita harus merancang strategi komunikasi dengan rencana yang terstruktur agar dapat memaksimalkan hal-hal yang terbatas,” imbuhnya.
Veve lantas merangkum empat proses atau tahapan dalam membangun strategi komunikasi. Pertama, riset. Data yang dibutuhkan dalam mendukung penyusunan strategi komunikasi meliputi analisis situasi, analisis organisasi, dan analisis publik. Termasuk seperti pemberitaan yang beredar tentang perusahaan maupun organisasi.
Kedua, menyusun strategi. Sebagai perencanaan, strategi komunikasi mesti menetapkan tujuan dan sasaran. Tujuan berarti harapan yang ingin dicapai dari komunikasi, sementara sasaran berarti target yang ingin dituju dalam komunikasi. Selain itu, humas juga harus mampu merumuskan tindakan dan strategi dalam merespons komunikasi. Serta, wajib untuk menetapkan pesan-pesan yang ingin dikomunikasikan kepada audiens.
Ketiga, membuat taktik. Taktik merupakan tindakan atau langkah-langkah khusus (jangka pendek) yang dijalankan untuk mencapai strategi komunikasi. Contoh dari taktik adalah membuat konten tertentu di media sosial untuk kampanye.
Keempat, evaluasi. Menurut Veve, saat ini pengukuran kinerja komunikasi yang baik dilakukan adalah berdasarkan AMEC (Association for Measurement and Evaluation of Communication) Framework. Ada tiga pengukuran yang bisa dilakukan, yakni evaluasi ditinjau dari output, outtakes, dan outcomes.
Output meliputi diseminasi konten, eksposur audiens, dan lain-lain. Sementara itu, outtakes dapat berupa respons audiens, engagement media sosial, dan sejenisnya. Adapun outcomes merupakan impak yang dihasilkan dari aktivitas komunikasi. Misalnya, perubahan perilaku publik atau sekadar membangun brand awareness. (AZA)
