Integrasi elemen-elemen budaya lokal dalam acara-acara resmi diyakini mampu memperkuat identitas budaya, citra dan daya tarik suatu daerah.
YOGYAKARTA, HUMASINDONESIA.ID – Sinarto, Analis Kebijakan Ahli Utama Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, menekankan pentingnya mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal dalam acara-acara resmi. Pernyataannya ini disampaikan dalam acara “Peningkatan Kapasitas dan Sinergitas Pengelolaan Komunikasi Pimpinan bagi Kabupaten/Kota Se-Provinsi Jawa Timur” di Yogyakarta, Senin (22/7/2024).
Menurutnya, upaya ini tidak hanya memperkuat identitas dan citra daerah, tetapi juga dapat menjadi magnet bagi wisatawan dan investor. Ia merangkum setidaknya ada empat cara kreatif untuk menyisipkan budaya dalam kegiatan keprotokoleran. Di antaranya:
1. Sambutan Hangat dengan Nuansa Lokal. Tarian, musik, busana tradisional, dan hidangan khas dapat menciptakan suasana penyambutan yang membekas di hati para tamu.
2. Dekorasi yang Menceritakan Sejarah. Dengan memanfaatkan ornamen, kain, dan motif tradisional, dekorasi acara dapat menjadi jendela informasi bagi kekayaan budaya suatu daerah.
3. Komunikasi. Penggunaan bahasa daerah dan dialek lokal dalam sambutan atau pidato dapat menciptakan koneksi emosional yang lebih kuat dengan audiens.
4. Lokasi yang Bersejarah. Memilih lokasi acara yang memiliki nilai sejarah atau budaya, seperti gedung bersejarah atau rumah adat, dapat memberikan pengalaman yang unik bagi para tamu.
5. Buah Tangan. Cendera mata dan suvenir khas daerah dapat menjadi kenang-kenangan. “Buah tangan bukan hanya sekadar hadiah, tetapi juga duta budaya yang membawa nama baik daerah,” ujar Sinarto.
Menurutnya, pemanfaatan warisan budaya lokal untuk kegiatan keprotokoleran dan kehumasan bukan hanya memperkuat identitas dan citra suatu daerah, tetapi juga berpotensi menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan memperluas jaringan diplomasi budaya tingkat nasional hingga internasional. Di samping itu, budaya yang disajikan dalam kegiatan resmi dapat meningkatkan rasa kebanggaan masyarakat, serta melestarikan kekayaan budaya untuk generasi mendatang.
Meski begitu, Sinarto mengingatkan bahwa keberhasilan dalam mengimplementasikan budaya dalam acara resmi sangat bergantung pada pemahaman yang mendalam tentang budaya lokal. “Praktisi humas perlu terus belajar dan berkolaborasi dengan para maestro budaya untuk memastikan bahwa penyajian budaya dalam acara resmi dilakukan dengan tepat dan bermakna,” katanya. (AZA)